Hari Ke-29 PKL: Gak Muat!

Hasil gambar untuk animasi orang ukur tensi

Hari ini Kamis, 13 Februari 2020 merupakan hari ke-29 saya PKL di Excellent. Hari Kamis, waktunya untuk memakai batik. Memang peraturan di Excellent membebaskan dalam hal berpakaian, tapi bebas pun harus masih dalam konteks rapi dan juga tidak sebebas-bebasnya. Kecuali hari Kamis, semua karyawan harus memakai batik. Tidak wajib, tapi harus diusahakan. Tidak hanya Excellent yang menggunakan peraturan ini, semua kantor mungkin menggunakannya juga. Memang batik menjadi salah satu ciri khas dari Indonesia yang patut dibanggakan. Untung saja saya membawa 2 setel baju batik dari rumah, jadi bisa menggunakan baju batik ketika hari kamis. Tapi yang satu adalah baju batik saya yang diberikan pas waktu SD. Tapi saya heran, kok masih muat yaa. Ya memang dulu baju itu terlalu besar untuk saya. Muatnya pun dalam artian maksa, karena lengan sebelah kanan sudah tidak terlalu muat.
Terlepas dari semua itu. hari ini saya berangkat dari rumah sekitar jam 7. Di sepanjang perjalan tidak ada hal yang menarik untuk diceritakan, jadi langsung saja sampai ke kantor. Sampai di kantor jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan dan sudah ada mas Irul yang sedang duduk di sofa samping lobby dan juga mang Gun yang sedang mengepel. Saya langsung menggantikan mas Irul, dan dia langsung masuk kedalam.
Tidak lama setelah itu mbak Ami datang, langsung saja saya masuk dan duduk di tempat duduk saya. Baru saja mengeluarkan laptop, saya disuruh keatas sama mas Ridwan. Saya kira akan diberikan briefing, tapi tebakan saya salah. Saya disuruh untuk menyiapkan Intel Nuc yang akan digunakan pak boss nanti. Baru kali ini saya melihat Intel Nuc. Ukurannya kecil, lebih kecil dari laptop, mungkin setengahnya. Untuk memasangnya tidak terlalu sulit, hanya tinggal menancapkan semua kabel ke port-portnya.
Setelah selesai saya langsung ke bawah dan membuka laptop saya. Ternyata ada email masuk dari pak boss, baru saja. Saya langsung membukanya, isinya tentang koreksi dari blog kemarin, masalah dari link yang saya berikan untuk join ke repository github saya, dan juga saya disuruh untuk menginstall Slack di HP dan di Laptop.
Langsung saja saya follow up semua tugas itu. Pertama saya memperbaiki typo yang ada di blog saya, typonya tentang nama orang yang harusnya memakai huruf kapital di awalnya. Sudah selesai memperbaiki artikel. Langsung ke tugas berikutnya, masalah link invite pak boss ke github. Kemarin memang saya tidak tahu nicknamenya pak boss di github, jadi saya hanya menebaknya saja. Dan ternyata benar, saya salah menginvite, harusnya nicknamenya pak boss adalah “zezevavai” bukan hanya “Vavai”. Mungkin yang “Vavai” sudah tidak digunakan. Saya kembali menginvite pak boss dengan nickname yang benar dan memberikan link invite tersebut kepada pak boss.
Setelah masalah github selesai, saya langsung menginstall slack di laptop saya. Di HP sudah saya install lama, dari pertama kali saya kesini sudah saya install slack, tinggal menginstall slack versi desktop. Sampai sekarang saya tidak tahu gunanya slack itu untuk apa, karena memang selama ini belum pernah menggunakan slack selama PKL.
Setelah itu saya langsung membaca kembali website docs.ansible.com untuk mencari bahan tulisan. Ada materi disitu yang tidak dijelaskan di udemy, jadi saya melakukannya sambil praktek menggunakan 2 VM dari laptop saya dan 1 VM dari VMware. Hal itu juga berbarengan dengan membuka 3 file di word, putty 3 windows untuk SSH semua VM saya, dan yang terakhir telegram. Pertama sih sudah tidak yakin jika laptop saya kuat, tapi tetap saya paksakan, karena mau ya bagaimana lagi. 
Sekitar jam setengah sebelas pak boss datang, seminggu ini baru hari ini dia datang, mungkin karena kantor yang hari senin sampai hari rabu kemarin digunakan untuk training. Pak boss pun memberikan briefing kepada seluruh karyawan, membahas semua apa yang perlu dibahas, sambil sesekali bercanda. Serius tapi tidak terlalu serius, bercanda tapi serius😐. Cukup banyak yang dibahas hari ini, saya hanya mendengarkan pak boss yang sedang memberikan briefing tersebut. Terakhir pak boss menyuruh saya dan Bayu untuk mengecek tensi, di kantor sudah ada alatnya. 
Sebenarnya dirumah itu ada, baru beli selasa kalau tidak salah, dan saya mau mencobanya. Tapiiii, alat tensi itu tidak muat di lengan saya, saya pun ditertawakan seluruh orang yang ada di rumah. Saya positive thinking saja, mungkin hanya alatnya yang terlalu kecil, atau cuma gagal produk :v, positive thinking intinya. 
Setelah briefing dari pak boss selesai, sekitar jam setengah 12 siang, saya kembali melanjutkan yang tadi. Ketika saya kembali ke laptop saya, akhirnya hal yang sudah saya perkirakan akhirnya terjadi juga. Semua aplikasi yang saya buka not responding semua, dan untuk mengetik juga sudah tidak bisa. Akhirnya saya save dulu project yang sudah saya kerjakan hari ini dan kemudian merestart laptop saya. Butuh perjuangan untuk melakukan hal itu, karena memang saat itu laptop saya sangat lemot dan juga sepertinya sudah tidak bisa melanjutkan tugas dari saya lagi😅. Untuk merestart saja lama prosesnya, efek yang tadi belum hilang kayaknya. Salah saya juga sih terlalu memaksa untuk melakukan multitasking yang sangat banyak dan juga berat. 
Sudah hampir waktunya untuk istirahat tapi proses restart belum juga selesai. Hmmmm, separah itukah penyiksaanku. Pada saat sudah istirahat pun sama saja, belum selesai, malah black screen laptop saya. Ya sudah saya tinggal saja untuk mengecek tensi dulu. 
Saya bertanya kepada mas Ridwan dimana alat tensi itu. Ketika diambilkan ternyata mereknya sama seperti yang ada di rumah. Waduhhh. Mas Ridwan kemudian mengeluarkan alat itu dari kotaknya, dan langsung memasangkannya ke tangan kanan saya. Dan benar saja, alat itu tidak muat lagi di lengan saya. Tapi mas Ridwan masih positive thinking, mungkin karena baju saya yang menghalangi, begitu katanya. Saya disuruh untuk menggulung baju saya dan dicoba untuk memasangkan alat itu lagi. And then, hasilnya sama saja. 
Om Ahmad datang untuk melihat, dia juga mencoba untuk membantu memasang alat itu. Akhirnya om Ahmad hanya menahan alat itu dan kemudian menyalakannya. Saya tidak tahu cara ini akan berhasil atau tidak, tapi yang jelas alat itu mulai bekerja. Hasilnya muncul, dan ternyata normal. Hmmm, saya agak tidak percaya dengan hasil itu, saya ingin mencobanya kembali tapi alat itu malah menjadi rebutan antara mbak Fitra, mbak Erni dan juga mas Ridwan yang terus mengompor-ngompori. Akhirnya yang pertama memakai alat itu adalah mbak Fitra, dibantu mas Ridwan untuk memasangnya. Tidak hanya sekali, dua atau tiga kali dia mengeceknya, hmmm. Yang kedua mencoba adalah mas Ridwan, karena saya kebelet, saya tinggal keatas dulu untuk ke kamar mandi. Ketika saya kembali dari kamar mandi, yang mencoba saat itu adalah mbak Erni. Dia memasang alat itu sendiri, tidak mau dibantu oleh mas Ridwan. Hasilnya juga normal.
Alatnya sudah selesai dipakai, akhirnya saya kebagian jatah untuk mencobanya. Kali ini saya memasangnya sendiri di tangan kiri. Orang bilang sih kalau tangan kiri lebih kecil dari tangan kanan. Saya agak tidak percaya dengan hal tersebut. Tapi setelah saya coba memang bisa dipasang, tapi agak maksa. Kemudian saya menyalakan alat itu. Tidak terlalu lama setelah itu hasilnya pun keluar. 135/88 kalau tidak salah. Saya tidak tahu itu normal atau tidak. 
Disitu juga ada mang Gun yang sedang memperhatikan, katanya dia ingin mencobanya. Ya sudah saya langsung pasangkan saja alat itu ke lengannya. Ketika sudah dinyalakan, mang Gun ngomong ke saya kalau saya terlalu ketat memasangkan alat itu. Dipikiran saya, lahh kan emang gitu cara kerjanya. Saya coba jelaskan ke mang Gun memang gitu seharusnya, lahhh malah dikendorin alatnya, alhasil yaa alatnya berhenti di tengah jalan. 
Saya pun ngomong kalau memang begitu cara kerjanya, dan saya tadi juga begitu rasanya. Dia pun akhirnya menyalakan alat itu lagi dan menunggu hasilnya. Memang wajahnya terlihat sedikit ketakutan kalau menurut saya. Apa benar jika itu pertama kalinya dia mengecek tekanan darah. Setelah keluar hasilnya, ternyata hasilnya normal. Di situ juga ada mbak Alifa yang sedang melihat. Dan mungkin karena penasaran diapun juga ikut menggunakan alat itu. Saya tidak menunggunya karena saya mau makan ke warteg.
Setelah selesai dari warteg, di depan masih ada mang Gun dan mbak Alifa yang sedang duduk. Saya meminta alat itu dan mengembalikannya ke tempatnya.
Sehabis istirahat saya langsung kembali ke laptop saya yang ternyata sudah selesai restartnya. Saya pun kembali melanjutkan menulis project saya yang tadi.
Saya menulis project sampai sekitar jam setengah tiga. Saya lanjut dengan menulis artikel harian di blog. Cukup capek rasanya mengetik seharian, saya melakukan sedikit peregangan kepada tangan saya dan juga punggung saya. Berbunyi “kretek kretek”. 
Setelah menulis artikel selesai, saya langsung menulis laporan untuk hari ini. Setelah selesai langsung melakukan kebiasaan sebelum pulang, yaitu bersalaman kepada seluruh karyawan dan langsung pulang.

3 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.