Hari ini saya bangun agak kesiangan, mungkin karena terlalu pulas tidurnya sampai-sampai alarm yang saya setel tidak terdengar. Berangkat sekitar jam 7.10, saya takut kalau sampai telat, jadi saya agak buru-buru waktu itu. Karena saking fokusnya ke tujuan, saya sampai tidak mengamati sekitar. Yang saya sadari hanya satu, yaitu sadar kalau hari ini tidak terlalu macet. Perlintasan kereta yang hampir setiap hari macet, kali ini saya sampai di situ malah sangat sepi, sudah sangat sedikit kendaraan di situ. Saya tidak tahu apakah saya yang terlalu siang berangkatnya atau memang hari ini sedang sepi orang yang membawa kendaraan. Tapi yang jelas saya sampai di kantor jadi lebih cepat karenanya.
Sampai di kantor sekitar jam 7.40 sudah lumayan banyak karyawan yang datang. Saya langsung duduk di depan dan mbak Ami pun datang. Saya istirahat sebentar disitu, karena berkendara dari rumah ke kantor kurang lebih 12 km selama sekitar 30 menit. 12 km 30 menit?. Biasanya saya dikampung saja pergi ke pasar yang jauhnya sekitar 12 km saja sampai dalam waktu hanya 15 menitan. Perbedaan yang sangat jauh menurut saya😅.
Setelah saya kira cukup, saya langsung ke belakang dan duduk di tempat saya. Sambil mengecek semua yang ada di komputer saya. Di telegram ada info dari pak boss, yang sepertinya lumayan urgen. Saya hanya memperhatikannya, karena memang bukan tugas saya. Setelah saya baca-baca ada website yang terkena spam komen katanya, karena penasaran saya langsung mengecek website itu, mau tau spam komen itu seperti apa.
Tapi ketika sedang mencari-cari saya menemukan video yang dibagikan oleh pemilik website itu. Videonya tentang coding. Saya tertarik tentang video itu, karena memang akhir-akhir ini saya sedang ingin belajar tentang pemrograman. Yang ada di video itu adalah Muhammad Salis, programer aplikasi Gojek, dia menjelaskan tentang bagaimana dia mulai belajar pemrograman yang bahkan dia tidak punya latar belakang IT, sampai sekarang dia sudah jadi programernya aplikasi yang sangat besar. Dia juga memberikan tips-tips untuk pemula yang ingin belajar tentang pemrograman.
Setelah itu saya melanjutkan penulisan project buku saya. Ternyata sangat sulit untuk mengembangkan sebuah tulisan, tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Saya sangat kekurangan referensi, mau mencari pun jarang yang menulis lengkap penjelasan tentang Ansible. Jadi saya sendiri yang harus mengembangkan kata-kata agar tidak terlalu sedikit materinya.
Saya juga belum yakin jika bahasa yang saya gunakan sudah benar, mungkin ada sebagian yang bukan bahasa untuk sebuah buku.
Ketika saya sudah mentok, tidak bisa mengembangkannya lagi, saya teringat nasehat pak boss tentang penulisan project saya. Dia bilang kalau translate saja video yang ada di kursus online itu ke bahasa Indonesia, lalu tulis menjadi sebuah buku. Pertama saya pikir pak boss waktu itu shanya bercanda, tapi kelihatannya serius.
Saya pun mencoba apa yang disarankan bos tadi. Saya play video itu dan menggunakan subtitle yang otomatis, karena tidak ada subtitle bawaannya. Setelah itu saya copy kemudian saya paste di google translate, satu persatu, slide demi slide, saya lakukan sampai video bagian pertama itu selesai, durasinya sekitar 5 menit. Sangat banyak kalimat yang sudah saya copas, tapi saya malah dibuat bingung sendiri. Mungkin karena subtitle itu dibuat otomatis, tidak sepenuhnya benar, dan juga google translate yang tidak paham tentang apa yang saya copas tadi. Hasilnya adalah saya yang susah untuk memahami kata-kata yang sudah di translate tadi.
Ada banyak kalimat yang berhasil di translate, tapi hanya satu paragraf yang saya gunakan. Karena saya pikir tidak ada yang pas selain itu. Lumayan sudah menjadi dua halaman, saya lalu berfikir, jika perhari hanya bertambah satu halaman berarti selama PKL saya hanya menulis kurang dari 100 halaman. Dan juga buku yang harus saya buat tidak hanya tentang Ansible saja, tapi juga ada Terraform.
Saya pun dibuat mumet dengan pikiran itu, harus segera cepat menyelesaikan buku itu agar dapat lanjut ke Terraform. Berfikir seperti itu mudah, tapi berbeda dengan kenyataan. Bagaimana mau selesai kalau memikirkan satu paragraf saja sangat lama, sedangkan materi yang harus dijelaskan sangat banyak.
Tidak terasa sudah waktunya untuk istirahat, cukup mumet saya dibuatnya. Saya beristirahat terlebih dahulu. Sangat berat ternyata untuk memikirkan semua ini. Tidak hanya mengetahui materinya, tapi juga harus pintar dalam mengembangkan kalimat menjadi lebih berisi dan mudah dipahami oleh pembaca.
Semua hal itu memenuhi pikiran saya, semakin diam rasanya malah semakin kepikiran. Saya memutuskan untuk bermain HP sebentar, untuk menghilangkan pikiran itu. Note: itu pada waktu istirahat, jadi boleh untuk bermain HP.
Setelah istirahat selesai, dan saya sudah agak tenang. Saya membaca apa yang saya tulis hari ini, tidak banyak yang dapat saya tambahkan. Setelah saya rasa sudah pas, saya langsung melanjutkan menulis tentang instalasi Ansible. Pada saat pengenalan tadi saya sudah menjelaskan bahwa ansible itu multi platform, jadi bisa diinstall di semua OS. Pertama saya membuat bagaimana cara menginstall Ansible di Ubuntu, tidak ada masalah sampai langkah-langkahnya selesai.
Masalah muncul ketika akan menulis bagaimana cara menginstall Ansible di Windows. Selama ini saya hanya praktek menggunakan Elementary OS yang basenya Linux Ubuntu, belum pernah sekalipun saya praktek menggunakan Windows untuk praktek. Saya mencari referensi bacaan lain yang menjelaskan cara untuk menginstall Ansible di Windows.
Setelah saya baca-baca, ternyata harus memakai software tambahan, berupa Terminal Emulator atau dengan menggunakan CygWin. Saya pikir sama saja dong kalau harus menggunakan Linux untuk menginstallnya. Saya kira Ansible di windows bisa langsung diinstall melalui CMD atau Windows Powershell.
Dari situ saya sudah salah jika dibagian pertama tadi menjelaskan bahwa Ansible itu multi platform. Saya pun segera merevisi kembali tulisan yang awal tadi. Yang awalnya sudah 3 halaman kini menjadi 2 halaman lagi.
Hmmm….
Pikiran saya tadi akhirnya kembali lagi, sampai-sampai saya tidak bisa berkonsentrasi lagi untuk menulis. Ya memang kalau sudah begini mau menulis apapun serasa tidak ada, karena di dalam pikiran kemana-mana.
Saya di posisi seperti itu sampai kurang lebih jam setengah empat. Disitulah puncak dimana saya sudah tidak bisa apa-apa. Mau melanjutkan menulis tidak bisa, mau menulis artikel harian juga tidak bisa. Saya hanya diam sambil memutar musik di youtube. Karena memang kepala sudah cenat-cenut rasanya.
Kondisi seperti itu memang sangat merugikan, jika dipaksakan mungkin besok drop. Tapi kalau dibiarkan, sisa waktu yang masih 1 setengah jam itu terbuang sia-sia. Jadi saya sangat bingung saat itu. Saya memutuskan untuk istirahat saja, karena saya pikir lebih baik waktu satu setengah jam ini daripada besok drop dan tidak masuk PKL.
Begitu pulang, saya langsung beres-beres dan segera pulang, sudah tidak sabar ingin mandi untuk menyegarkan pikiran